Tuesday, May 7, 2013

Macam-Macam Akhlak

BAB I
PENDAHULUAN
            Secara sederhana akhlak islami dapat di artikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran islam atau akhlak yang bersifat islami. Kata islam yang berada di belakang kata akhlak dalam hal ini menempati pada posisi sebagai sifat.
Dengan demikian akhlak islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah daging dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran islam. Dilihat dari segi sifatnya yang universal, maka akhlak islami juga bersifat universal. Namun dalam rangka menjabarkan akhlak islami yang universal ini diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan sosial yang terkandung dalam ajaran etika dan moral.
Akhlak islami menurut Quraish Shihab lebih luas maknanya daripada yang telah dikemukakan terdahulu serta mencangkup pula beberapa hal yang tidak merupakan sifat lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan sikap batin maupun pikiran.
Selanjutnya, akhlak islami dapat diartikan sebagai akhlak yang menggunakan tolak ukur ketentuan Allah. Quraish Shihab dalam hubungan ini mengatakan, bahwa tolak ukur kelakuan baik mestilah merujuk kepada ketentuan Allah. Rumusan akhlak islami yang demikian itu adalah rumusan yang diberikan oleh kebanyakan ulama. Perlu ditambahkan, bahwa apa yang dinilai baik oleh Allah, pasti baik dalam esensinya.
Mengenai pembahasan ini, kami selaku pemakalah akan membatasi makalah seputar Akhlak terhadap Allah dan perintah-perintah Allah.
 

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Akhlak Terhadap Allah
Akhlak terhadap Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada tuhan sebagai khalik. Sikap atau perbuatan tersebut memiliki ciri-ciri perbuatan akhlak islami[1].
Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah. Pertama, karena Allah-lah yang telah menciptakan manusia. Sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam surat Al-Mu’minun ayat 12-13.
ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ûüÏÛ ÇÊËÈ §NèO çm»oYù=yèy_ ZpxÿôÜçR Îû 9#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ
Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).”

Dengan demikian sebagai yang diciptakan  sudah sepantasnya berterima kasih kepada yang menciptakannya.

Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan pancaindera berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran, dan hati sanubari, disamping anggota badan yang kokoh sempurna pada manusia. Seperti yang dijelaskan dalam surat An-Nahl: 78.
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& Ÿw šcqßJn=÷ès? $\«øx© Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur   öNä3ª=yès9 šcrãä3ô±s? ÇÐÑÈ
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
 
Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan sebagainya. Seperti firman Allah dalam surat Al-Jatsiyah ayat 12-13:
 ª!$# Ï%©!$# t¤y â/ä3s9 tóst7ø9$# y̍ôftGÏ9 à7ù=àÿø9$# ÏmÏù ¾Ín̍øBr'Î/ (#qäótGö;tGÏ9ur `ÏB ¾Ï&Î#ôÒsù ö/ä3¯=yès9ur tbrãä3ô±s? ÇÊËÈ t¤yur /ä3s9 $¨B Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# $tBur Îû ÇÚöF{$# $YèÏHsd çm÷ZÏiB 4 ¨bÎ) Îû šÏ9ºsŒ ;M»tƒUy 5Qöqs)Ïj9 šcr㍩3xÿtGtƒ ÇÊÌÈ
“Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan Mudah-mudahan kamu bersyukur. Dan dia Telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.”

Keempat, Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan. Sebagai mana firman Allah dalam surat Al-Isra’ ayat 70:
ôs)s9ur $oYøB§x. ûÓÍ_t/ tPyŠ#uä öNßg»oYù=uHxqur Îû ÎhŽy9ø9$# ̍óst7ø9$#ur Nßg»oYø%yuur šÆÏiB ÏM»t7ÍhŠ©Ü9$# óOßg»uZù=žÒsùur 4n?tã 9ŽÏVŸ2 ô`£JÏiB $oYø)n=yz WxŠÅÒøÿs? ÇÐÉÈ
“ Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan.”
Namun demikian sungguh pun Allah telah memberikan berbagai kenikmatan kepada manusia sebagaimana disebutkan di atas bukanlah menjadi alasan Allah perlu di hormati. Bagi Allah dihormati atau tidak, tidak akan mengurangi kemuliaan-Nya. Akan tetapi sebagaimana manusia sudah sewajarnya menunjukkan sikap akhlak yang mulia terhadap Allah.
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam beramal kepada Allah di antaranya dengan tidak menyekutukan-Nya, takwa kepada-Nya, mencintai-Nya, ridha dan ikhlas kepada segala keputusan-Nya dan bertaubat, mensyukuri nikmat-Nya dan selalu berdoa kepada-Nya.
Sementara itu Quraish Shihab mengatakan bahwa titik tolak aklhak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji, demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun tak akan mampu menjangkaunya. Berkenaan dengan akhlak kepada Allah, dilakukan dengan cara banyak memujinya. Selanjutnya sikap tersebut dilanjutkan dengan senantiasa bertawakal padanya.

B.    Akhlak terhadap Allah
1.     Baik sangka kepada Allah
Misalnya:
Seorang petani yang baik sangka akan megurus tanamannya dengan sebaik mungkin. Dipilihnya bibit unggul, tanahnya memenuhi syarat dan lain-lain yang diharuskan dalam bertani. Setelah semua selesai dilakukan, maka ia berbaik sangka “tentulah tanaman ini akan tumbuh dengan baik dan memberikan hasil yang lumayan ”. akhirnya memang demikian halnya.
Sebaliknya, apabila hasilnya kurang memuaskan, maka ia tidak menyesali dirinya. Tetapi berpikir “tentu ada yang salah atau memang ada hikmahnya dari Allah SWT, sehingga saya tidak jadi sombong dengan kekayaan dan lain-lainnya.”[2]
 
2.     Menerima Terhadap Qadha dan Qadar-Nya
Bagaimana seharusnya kita rela atas qadha dan taqdir Allah atas kita? Yaitu dengan menerima semua rencana Allah karena memang kita tidak diajaknya untuk membuat rencana tersebut sedikitpun. Menerima apa saja yang terjadi di luar kemampuan kita, menerima dengan rela apa yang terjadi sebagai alasan pilihan dan usaha kita atasnya.

3.     Bersyukur
Rasa syukur terhadap nikmat allah itu harus dilahirkan dalam bentuk amal baik yang dilakukan dengan hati atau diucapkan dengan lidah maupun yang dilakukan dengan anggota badan. Mensyukuri nikmat Allah dengan hati “yaitu engkau mencita-cita di dalam hatimu akan berbuat kebajikan bagi segala makhluk dan engkau hadirkan hatimu selama-lamanya di dalam dzikrullah (mengingat Allah)”, mensyukuri dengan lisan “yaitu engkau dzahirkan dengan engkau ucapkan Alhamdulillah ”, dan mensyukuri nikmat Allah dengan anggota badan “yaitu engkau amalkan anggota tubuhmu dalam berbuat taat kepada Allah ”.
4.     Tafakkur
Tafakkur adalah berpikir atau merenungkan keindahan perbuatan Allah, rahasia-rahasia kejadian dan segala yang dikandung alam raya ini, manfaat, hikmat dan rahasia-rahasianya yang mengarah kepada suatu tujuan yang benar dan berguna, sebagai bukti kekuasaan dan kemahaagungan Allah sebagaimana digambarkan dalam surat Al-Imran:190-191[3].
5.     Tawakal Kepada Allah
Tawakal berasal dari kata Bahasa Arab “Tawakkal” yang berarti menyerahkan pelaksanaan suatu tugas. Dengan artian bahwa menyerahkan semua urusan kita sepenuhnya kepada Allah SWT setelah kita berusaha semaksimal mungkin.
6.     Senantiasa Mengingat Allah
Mengingat dalam bahasa Arab ialah memelihara agar dia berada senantiasa dalam fikiran dan perasaan. Dalam pembahsan ini, kita di ajak untuk selalu mengingat kepada Allah SWT dan menjadikan-Nya kekasih pertama atau kekasih utama. Pendekatan kita kepada-Nya laksana sepotong besi berani (magnit) didekatkan kepada besi biasa.


KESIMPULAN
Akhlak terhadap Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada tuhan sebagai khalik. Sikap atau perbuatan tersebut memiliki ciri-ciri perbuatan akhlak islami.
Adapun berakhlak kepada Allah SWT diantaranya ialah :
1.     Berbaik sangka kepada Allah SWT
2.     Menerima Qodho dan Qodhar Allah SWT
3.     Bersyukur
4.     Tafakur
5.     Tawakal kepada Allah
6.     Senantiasa Mengingat Allah
Dengan demikian Akhlak Kepada Allah dapat kita realisasikan dengan selalu menaati dan mematuhi apapa yang telah Dia tentukan dalam Al-Qur’an maupun melalui Rasul-Nya.
 


DAFTAR PUSTAKA
Kahar, Masyhur. Membina Moral dan Akhlak.cet1. PT. Rineka Cipta. Jakarta. 1994.
Nata , Abuddin. Akhlak Tasawuf. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta. 1996 . 
Ya’qub, Hamzah,. Tingkat ketenangan dan kebahagiaan mukmin, cet4. Pustaka Atisa. Jakarta.
1992.
Quzwain, Chatib, Mengenal Allah, Bulan Bintang, Jakarta, 1985


[1] Prof. Dr. H. Abuddin Nata. Akhlak Tasawuf. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta. 1996 . hal 149-151
[2]Drs. H. kahar Masyhur. Membina Moral dan Akhlak.cet1. PT. Rineka Cipta. Jakarta. 1994. Hal 27
[3]Dr. hamzah ya’qub. Tingkat ketenangan dan kebahagiaan mukmin, cet4. Pustaka Atisa. Jakarta. 1992. Hal 169

No comments:

Post a Comment