BAB
I
PENDAHULUAN
Secara sederhana akhlak islami dapat
di artikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran islam atau akhlak yang
bersifat islami. Kata islam yang berada di belakang kata akhlak dalam hal ini
menempati pada posisi sebagai sifat.
Dengan
demikian akhlak islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja,
mendarah daging dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran islam. Dilihat dari
segi sifatnya yang universal, maka akhlak islami juga bersifat universal. Namun
dalam rangka menjabarkan akhlak islami yang universal ini diperlukan bantuan
pemikiran akal manusia dan kesempatan sosial yang terkandung dalam ajaran etika
dan moral.
Akhlak
islami menurut Quraish Shihab lebih luas maknanya daripada yang telah
dikemukakan terdahulu serta mencangkup pula beberapa hal yang tidak merupakan
sifat lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan sikap batin maupun pikiran.
Selanjutnya,
akhlak islami dapat diartikan sebagai akhlak yang menggunakan tolak ukur
ketentuan Allah. Quraish Shihab dalam hubungan ini mengatakan, bahwa tolak ukur
kelakuan baik mestilah merujuk kepada ketentuan Allah. Rumusan akhlak islami
yang demikian itu adalah rumusan yang diberikan oleh kebanyakan ulama. Perlu
ditambahkan, bahwa apa yang dinilai baik oleh Allah, pasti baik dalam
esensinya.
Mengenai
pembahasan ini, kami selaku pemakalah akan membatasi makalah seputar Akhlak
terhadap Allah dan perintah-perintah Allah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akhlak Terhadap
Allah
Akhlak terhadap
Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan
oleh manusia sebagai makhluk, kepada tuhan sebagai khalik. Sikap atau perbuatan
tersebut memiliki ciri-ciri perbuatan akhlak islami.
Sekurang-kurangnya
ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah. Pertama, karena Allah-lah yang telah
menciptakan manusia. Sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam surat Al-Mu’minun
ayat 12-13.
ôs)s9ur
$oYø)n=yz
z`»|¡SM}$#
`ÏB
7's#»n=ß
`ÏiB
&ûüÏÛ
ÇÊËÈ
§NèO
çm»oYù=yèy_
ZpxÿôÜçR
Îû
9#ts%
&ûüÅ3¨B
ÇÊÌÈ
“Dan Sesungguhnya kami
Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian
kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim).”
Dengan demikian
sebagai yang diciptakan sudah
sepantasnya berterima kasih kepada yang menciptakannya.
Kedua,
karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan pancaindera berupa pendengaran,
penglihatan, akal pikiran, dan hati sanubari, disamping anggota badan yang
kokoh sempurna pada manusia. Seperti yang dijelaskan dalam surat An-Nahl: 78.
ª!$#ur
Nä3y_t÷zr&
.`ÏiB
ÈbqäÜç/
öNä3ÏF»yg¨Bé&
w cqßJn=÷ès?
$\«øx©
@yèy_ur
ãNä3s9
yìôJ¡¡9$#
t»|Áö/F{$#ur
noyÏ«øùF{$#ur
öNä3ª=yès9
crãä3ô±s?
ÇÐÑÈ
“Dan Allah
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun,
dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
Ketiga,
karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang
diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan sebagainya. Seperti
firman Allah dalam surat Al-Jatsiyah ayat 12-13:
ª!$#
Ï%©!$#
t¤y
â/ä3s9
tóst7ø9$#
yÌôftGÏ9
à7ù=àÿø9$#
ÏmÏù
¾ÍnÌøBr'Î/
(#qäótGö;tGÏ9ur
`ÏB
¾Ï&Î#ôÒsù
ö/ä3¯=yès9ur
tbrãä3ô±s?
ÇÊËÈ
t¤yur
/ä3s9
$¨B
Îû
ÏNºuq»yJ¡¡9$#
$tBur
Îû
ÇÚöF{$#
$YèÏHsd
çm÷ZÏiB
4 ¨bÎ)
Îû
Ï9ºs
;M»tUy
5Qöqs)Ïj9
crã©3xÿtGt
ÇÊÌÈ
“Allah-lah
yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya
dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan Mudah-mudahan
kamu bersyukur. Dan dia Telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa
yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
berfikir.”
Keempat,
Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai
daratan dan lautan. Sebagai mana firman Allah dalam surat Al-Isra’ ayat 70:
ôs)s9ur
$oYøB§x.
ûÓÍ_t/
tPy#uä
öNßg»oYù=uHxqur
Îû
Îhy9ø9$#
Ìóst7ø9$#ur
Nßg»oYø%yuur
ÆÏiB
ÏM»t7Íh©Ü9$#
óOßg»uZù=Òsùur
4n?tã
9ÏV2
ô`£JÏiB
$oYø)n=yz
WxÅÒøÿs?
ÇÐÉÈ
“ Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami
angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang
baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan
makhluk yang Telah kami ciptakan.”
Namun demikian sungguh
pun Allah telah memberikan berbagai kenikmatan kepada manusia sebagaimana
disebutkan di atas bukanlah menjadi alasan Allah perlu di hormati. Bagi Allah
dihormati atau tidak, tidak akan mengurangi kemuliaan-Nya. Akan tetapi
sebagaimana manusia sudah sewajarnya menunjukkan sikap akhlak yang mulia
terhadap Allah.
Banyak cara yang
dapat dilakukan dalam beramal kepada Allah di antaranya dengan tidak
menyekutukan-Nya, takwa kepada-Nya, mencintai-Nya, ridha dan ikhlas kepada
segala keputusan-Nya dan bertaubat, mensyukuri nikmat-Nya dan selalu berdoa
kepada-Nya.
Sementara itu
Quraish Shihab mengatakan bahwa titik tolak aklhak terhadap Allah adalah
pengakuan dan kesadaran bahwa tiada tuhan melainkan Allah. Dia memiliki
sifat-sifat terpuji, demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun
tak akan mampu menjangkaunya. Berkenaan dengan akhlak kepada Allah, dilakukan
dengan cara banyak memujinya. Selanjutnya sikap tersebut dilanjutkan dengan
senantiasa bertawakal padanya.
B. Akhlak terhadap
Allah
1. Baik sangka
kepada Allah
Misalnya:
Seorang
petani yang baik sangka akan megurus tanamannya dengan sebaik mungkin.
Dipilihnya bibit unggul, tanahnya memenuhi syarat dan lain-lain yang diharuskan
dalam bertani. Setelah semua selesai dilakukan, maka ia berbaik sangka
“tentulah tanaman ini akan tumbuh dengan baik dan memberikan hasil yang lumayan
”. akhirnya memang demikian halnya.
Sebaliknya,
apabila hasilnya kurang memuaskan, maka ia tidak menyesali dirinya. Tetapi
berpikir “tentu ada yang salah atau memang ada hikmahnya dari Allah SWT, sehingga
saya tidak jadi sombong dengan kekayaan dan lain-lainnya.”
2. Menerima Terhadap
Qadha dan Qadar-Nya
Bagaimana
seharusnya kita rela atas qadha dan taqdir Allah atas kita? Yaitu dengan
menerima semua rencana Allah karena memang kita tidak diajaknya untuk membuat
rencana tersebut sedikitpun. Menerima apa saja yang terjadi di luar kemampuan
kita, menerima dengan rela apa yang terjadi sebagai alasan pilihan dan usaha
kita atasnya.
3. Bersyukur
Rasa syukur terhadap nikmat allah itu
harus dilahirkan dalam bentuk amal baik yang dilakukan dengan hati atau
diucapkan dengan lidah maupun yang dilakukan dengan anggota badan. Mensyukuri
nikmat Allah dengan hati “yaitu engkau mencita-cita di dalam hatimu akan
berbuat kebajikan bagi segala makhluk dan engkau hadirkan hatimu selama-lamanya
di dalam dzikrullah (mengingat Allah)”, mensyukuri dengan lisan “yaitu engkau
dzahirkan dengan engkau ucapkan Alhamdulillah ”, dan mensyukuri nikmat Allah dengan
anggota badan “yaitu engkau amalkan anggota tubuhmu dalam berbuat taat kepada Allah
”.
4. Tafakkur
Tafakkur adalah berpikir atau
merenungkan keindahan perbuatan Allah, rahasia-rahasia kejadian dan segala yang
dikandung alam raya ini, manfaat, hikmat dan rahasia-rahasianya yang mengarah
kepada suatu tujuan yang benar dan berguna, sebagai bukti kekuasaan dan
kemahaagungan Allah sebagaimana digambarkan dalam surat Al-Imran:190-191.
5.
Tawakal Kepada
Allah
Tawakal berasal dari kata Bahasa Arab “Tawakkal”
yang berarti menyerahkan pelaksanaan suatu tugas. Dengan artian bahwa
menyerahkan semua urusan kita sepenuhnya kepada Allah SWT setelah kita berusaha
semaksimal mungkin.
6.
Senantiasa
Mengingat Allah
Mengingat
dalam bahasa Arab ialah memelihara agar dia berada senantiasa dalam fikiran dan
perasaan. Dalam pembahsan ini, kita di ajak untuk selalu mengingat kepada Allah
SWT dan menjadikan-Nya kekasih pertama atau kekasih utama. Pendekatan kita
kepada-Nya laksana sepotong besi berani (magnit) didekatkan kepada besi biasa.
KESIMPULAN
Akhlak terhadap
Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan
oleh manusia sebagai makhluk, kepada tuhan sebagai khalik. Sikap atau perbuatan
tersebut memiliki ciri-ciri perbuatan akhlak islami.
Adapun berakhlak
kepada Allah SWT diantaranya ialah :
1.
Berbaik sangka
kepada Allah SWT
2.
Menerima Qodho
dan Qodhar Allah SWT
3.
Bersyukur
4.
Tafakur
5.
Tawakal kepada
Allah
6.
Senantiasa
Mengingat Allah
Dengan
demikian Akhlak Kepada Allah dapat kita realisasikan dengan selalu menaati dan
mematuhi apapa yang telah Dia tentukan dalam Al-Qur’an maupun melalui Rasul-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Ya’qub,
Hamzah,. Tingkat ketenangan dan
kebahagiaan mukmin, cet4. Pustaka Atisa. Jakarta.
1992.
Quzwain, Chatib, Mengenal Allah, Bulan Bintang, Jakarta,
1985